Isa Fitra Cornika

Isa Fitra Cornika

Isa Fitra Cornika Mendidik Anaknya Menjadi Pengusaha: Sebuah Cerita Drama Keluarga

Ruang tunggu Executive Lounge Bandara Internasional Yogyakarta Baru. Pak Isa, seorang pengusaha batik sukses, mengenakan batik klasik khas Yogyakarta, duduk bersama istri dan putrinya, Naura Hassa Lalitya Cornika. Wajah Pak Isa tampak tegang dan penuh kekhawatiran.

Pak Isa: (Dengan suara pelan) Maaf ya, Dek, Ayah harus segera berangkat ke Milan untuk urusan bisnis. Tapi, Ayah ingin bicara sebentar dengan kamu dan Ibu.

Naura: (Dengan senyum) Baiklah, Ayah. Apa yang ingin Ayah bicarakan?

Pak Isa: (Menghela napas) Naura, kamu sudah besar sekarang. Sebentar lagi, kamu akan lulus SMA. Ayah ingin kamu memikirkan masa depanmu.

Naura: (Penasaran) Masa depan saya? Maksud Ayah apa?

Pak Isa: (Menatap tajam ke mata Naura) Ayah ingin kamu menjadi pengusaha muda yang sukses. Ayah yakin kamu punya potensi untuk itu. Kamu cerdas, kreatif, dan punya jiwa wirausaha.

Naura: (Terkejut) Tapi, Ayah, saya tidak ingin menjadi pengusaha. Saya ingin menjadi dokter.

Pak Isa: (Nada suaranya meninggi) Dokter adalah cita-cita yang mulia, Nak. Tapi, Ayah yakin kamu bisa menjadi dokter yang sekaligus pengusaha yang sukses.

Naura: (Bingung dan sedikit ketakutan) Bagaimana bisa?

Pak Isa: (Menjelaskan dengan tegas) Ayah ingin kamu belajar di Kampus Dosen Jualan di Makassar. Di sana, kamu akan belajar bagaimana membangun bisnis dari nol, bagaimana mengelola keuangan, dan bagaimana menjadi pemimpin yang efektif.

Naura: (Masih ragu) Tapi, Ayah, saya tidak tahu apa-apa tentang bisnis.

Pak Isa: (Menyemangati dengan nada yang lebih lembut) Itulah yang ingin Ayah ajarkan kepadamu. Ayah yakin kamu bisa belajar dengan cepat.

Istri Pak Isa: (Menambahkan) Benar, Naura. Ayahmu adalah pengusaha yang sukses. Dia pasti bisa membantumu menjadi pengusaha yang sukses juga.

Naura: (Masih belum yakin) Tapi, Ayah, saya tidak ingin meninggalkan Yogyakarta. Saya ingin bersama Ibu dan teman-teman saya di sini.

Pak Isa: (Memahami kekhawatiran Naura) Ayah tahu kamu mencintai Yogyakarta. Tapi, ini adalah kesempatan yang bagus untuk kamu belajar dan berkembang. Ayah yakin kamu bisa sukses di mana pun kamu berada.

Naura: (Terdiam sejenak, matanya berkaca-kaca) Baiklah, Ayah. Saya akan memikirkannya.

Pak Isa: (Tersenyum dan memeluk Naura) Itulah yang Ayah ingin dengar. Ayah yakin kamu akan membuat keputusan yang tepat.

Beberapa minggu kemudian

Naura masih belum memutuskan apakah dia ingin mengikuti saran ayahnya. Dia merasa terbelah antara keinginannya untuk menjadi dokter dan keinginan ayahnya agar dia menjadi pengusaha. Dia pun sering bertengkar dengan ayahnya tentang hal ini.

Suatu hari, Naura menemukan sebuah kotak tua di lemari ayahnya. Di dalam kotak itu, dia menemukan foto-foto ayahnya saat masih muda, surat-surat lamaran kerja, dan buku-buku tentang bisnis. Naura membaca surat-surat lamaran kerja ayahnya dan mengetahui bahwa ayahnya pernah ditolak oleh banyak perusahaan sebelum akhirnya diterima di sebuah perusahaan di Makassar. Dia juga membaca buku-buku tentang bisnis dan mulai tertarik dengan dunia wirausaha.

Naura: (Berbicara kepada dirinya sendiri) Ayah ternyata pernah mengalami masa-masa sulit juga. Tapi, dia berhasil melaluinya dan menjadi pengusaha yang sukses. Mungkin Ayah benar. Saya bisa menjadi dokter yang sekaligus pengusaha yang sukses.

Naura akhirnya memutuskan untuk mengikuti saran ayahnya.

Dia mendaftar di Kampus Dosen Jualan di Makassar dan memulai perjalanannya untuk menjadi pengusaha muda yang sukses.

Perjalanan Naura di Makassar

Naura awalnya merasa kesulitan untuk beradaptasi dengan kehidupan di Makassar. Dia rindu dengan Yogyakarta, Ibu, dan teman-temannya. Dia juga merasa kesulitan untuk mengikuti pelajaran di Kampus Dosen Jualan karena dia tidak memiliki dasar pengetahuan tentang bisnis.

Namun, Naura tidak mudah menyerah. Dia belajar dengan tekun dan giat, dan dia mulai menunjukkan bakat dan potensinya dalam bidang wirausaha. Dia juga mendapatkan banyak teman baru di Makassar yang mendukungnya dalam mencapai mimpinya.

Suatu hari, Naura mendapat kesempatan untuk mengikuti lomba bisnis. Dia pun mengikuti lomba tersebut dan berhasil meraih juara pertama.

Pak Isa: (Sangat bangga dengan Naura) Nak, Ayah sangat bangga denganmu! Kamu telah membuktikan bahwa kamu bisa menjadi pengusaha yang sukses.

Pentingnya Mempersiapkan Generasi Penerus Bisnis

Kisah Pak Isa Fitra Cornika dan Naura menunjukkan pentingnya mempersiapkan generasi penerus bisnis sejak dini. Dengan memberikan pendidikan dan bimbingan yang tepat, orang tua dapat membantu anak-anak mereka untuk mengembangkan potensi mereka dan menjadi pengusaha yang sukses.

Mempersiapkan generasi penerus bisnis bukan hanya tentang mengajarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan bisnis. Orang tua juga perlu menanamkan nilai-nilai penting seperti kejujuran, kerja keras, dan tanggung jawab kepada anak-anak mereka.

Dengan mempersiapkan generasi penerus bisnis secara matang, orang tua dapat memastikan kelangsungan dan kesuksesan bisnis mereka di masa depan. Selain itu, mereka juga dapat membantu anak-anak mereka untuk mencapai mimpi dan tujuan mereka dalam hidup.

Penutup

Cerita dari Pak Isa Fitra Cornika, ini hanyalah sebuah contoh. Setiap keluarga memiliki cerita dan pengalaman yang berbeda dalam mempersiapkan generasi penerus bisnis. Namun, pesan moral yang terkandung dalam cerita ini tetaplah sama: pentingnya mempersiapkan generasi penerus bisnis sejak dini untuk memastikan kelangsungan dan kesuksesan bisnis di masa depan.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *